Prejudice atau prasangka. Bikin sensi meningkat, bikin emosi gampang tersulut, and at the end bikin konflik di mana-mana. Upss, cepet distop sebelum terlambat!
Serba susah emang kalo kita ngebahas soal yang satu ini. Abis, berprasangka kayaknya udah jadi “kodrat” setiap orang gitu, jack. Kenyataan membuktikan bahwa meski hati kecil berusaha meluruskan pikiran, tetep aja suara-suara sumbang di sekitar lebih punya power buat ngebengkokin isi otak.
Well , kenapa bisa begini?
Ada banyak teori psikologi yang nerangin kenapa prasangka gampang muncul. Dalam teori-teori itu juga dibeberin penyebab kita lebih mudah berprasangka negatif ketimbang berprasangka positif. Secara garis besar semuanya bilang kalo cikal bakal timbulnya prasangka tuh lantaran kita masih sering nggak bisa nerima perbedaan. Ditambah dengan kepribadian yang kurang matang, jadilah kita seperti anak ayam. Labil, nggak punya pendirian.... Akhirnya jadi disetir oleh pandangan yang berbau stereotype !
Klimaks dari semua prasangka yang ada sering kali berujung pada slek. Atau, minimal makan hati sendiri. Musuh or orang yang dianggap musuh pun kian hari kian bertambah. Sementara kita makin terkungkung dengan ego yang size-nya bertambah gede karena terus-terusan dibisikin sebuah suara, “Lo yang bener, mereka yang salah!”.
Waaa, ancur deh dunia pergaulan! Bisa-bisa jadi public enemy nomer satu, brur. Bagus kalo cuma disumpahin rame-rame. Lha kalo sampe memancing niat jahat orang-orang, gimana? Udahlah! Daripada hidup jadi susah, mending baca tips-tips buat ngilangin kebiasaan berprasangka di boks.
1. Belajar ngerti perbedaan.
Kita pasti udah tau kalo di dunia ini nggak ada satu pun manusia yang sama. Nggak fisik, apalagi isi otak dan hatinya. Cuma masalahnya, kita suka “lupa” aja kalo setiap orang itu unik dan berbeda satu dengan lainnya.
Kita pasti udah tau kalo di dunia ini nggak ada satu pun manusia yang sama. Nggak fisik, apalagi isi otak dan hatinya. Cuma masalahnya, kita suka “lupa” aja kalo setiap orang itu unik dan berbeda satu dengan lainnya.
Man, nggak ada yang salah dengan perbedaan. Makanya perbedaan nggak perlu dirubah, selama nggak merugikan dan membahayakan keselamatan jiwa pribadi juga orang lain. Perbedaan kita dengan temen atau orang lain justru bakal bikin hari-hari kita lebih meriah dan seru.
So, just accept it and let everybody know that you recognize and appreciate their individual qualities!
2. Become sensitive to other people's feelings.
Siapa sih yang nggak bakal tersinggung kalo dicap yang nggak-nggak? Siapa juga yang seneng kalo dirinya dipandang seperti “alien”? Nggak ada!
So, just accept it and let everybody know that you recognize and appreciate their individual qualities!
2. Become sensitive to other people's feelings.
Siapa sih yang nggak bakal tersinggung kalo dicap yang nggak-nggak? Siapa juga yang seneng kalo dirinya dipandang seperti “alien”? Nggak ada!
Walaupun kenyataannya nggak semua orang bisa nerima jalan pikiran atau keputusan yang diambil oleh orang lain, tapi setiap orang selalu pengen dipahami jalan pikiran dan keputusannya kan? Itu sebabnya sebelum nge-judge coba deh ngeliat dari sudut pandang orang yang mau kita judge itu.
3. Prasangka itu nggak fair!
Yap, prasangka mostly bakal menyebabkan salah satu pihak merasa terintimidasi bahkan tertindas. Apalagi umumnya prasangka itu muncul karena adanya perbedaan yang sangat prinsip, yang mungkin aja nggak diniatin oleh seseorang yang berbeda tadi. Contohnya perbedaan agama, etnik, status ekonomi, jenis kelamin, pergaulan, bla..., bla..., bla.
Yap, prasangka mostly bakal menyebabkan salah satu pihak merasa terintimidasi bahkan tertindas. Apalagi umumnya prasangka itu muncul karena adanya perbedaan yang sangat prinsip, yang mungkin aja nggak diniatin oleh seseorang yang berbeda tadi. Contohnya perbedaan agama, etnik, status ekonomi, jenis kelamin, pergaulan, bla..., bla..., bla.
Nah, kalo gara-gara perbedaan yang kayak gitu terus dicap yang nggak-nggak, jelas nggak fair , bro!
4. Teach our friends to respect and appreciate differences.
Yah, bukannya sok tua sih. Tapi idealnya semua orang emang harus sama-sama belajar buat ngerti dan nerima perbedaan. Nggak bisalah cuma kita sendiri yang mau belajar hal itu, sementara temen-temen yang lain nggak mau. Soalnya pada akhirnya nanti kita juga jadi terintimidasi oleh sikap mereka.
Pertanyaannya, gimana cara ngajarinnya?
Yah, bukannya sok tua sih. Tapi idealnya semua orang emang harus sama-sama belajar buat ngerti dan nerima perbedaan. Nggak bisalah cuma kita sendiri yang mau belajar hal itu, sementara temen-temen yang lain nggak mau. Soalnya pada akhirnya nanti kita juga jadi terintimidasi oleh sikap mereka.
Pertanyaannya, gimana cara ngajarinnya?
Gampang! Pertama kita harus berani nunjukin perbedaan diri sendiri ke mereka. Awalnya mungkin temen-temen nggak bisa nerima, tapi kita nggak boleh gentar. Tunjukin terus perbedaan itu sampe akhirnya mereka bisa ngerti alasan kenapa kita begitu. Toh, meski berbeda bukan berarti kita nggak bisa bertemen kan?
Kedua, kalo ada temen yang komplain dengan perbedaan yang kita miliki atau komplain dengan perbedaan yang dimiliki oleh temen lain, coba beri dia pengertian. Ingetin bahwa yang terpenting dari seseorang adalah apa yang ada di dalam dirinya, bukan apa yang tampak di luar dirinya. Maksudnya, gimana niat tuh orang, gimana perhatian tuh orang, sejauh mana tuh orang menghargai komitmen untuk bertemen, dll.
5. Jangan gampang terbawa pandangan stereotype.
Man, segoblok-gobloknya orang, otaknya tetep bisa diajak berpikir dong? Artinya, meski mungkin nyerepnya lama (ibarat prosesor komputer tipe Celeron gitu deh), tapi pada akhirnya tetep bisa memilah mana yang bener dan mana yang nggak. Jadi, kalo tiba-tiba kita ngedenger suara-suara sumbang tentang seseorang atau sesuatu, ya jangan buru-buru ngedepanin perasaanlah. Dicek dulu ke sumbernya langsung, atau minimal dikritisi dulu (taelaaaa....). Bener nggak sih? Mungkin nggak sih?
Lha, kalo belum melakukan “investigasi” apa-apa udah langsung percaya, waaa.... Apa bedanya otak kita sama otak udang?
Man, segoblok-gobloknya orang, otaknya tetep bisa diajak berpikir dong? Artinya, meski mungkin nyerepnya lama (ibarat prosesor komputer tipe Celeron gitu deh), tapi pada akhirnya tetep bisa memilah mana yang bener dan mana yang nggak. Jadi, kalo tiba-tiba kita ngedenger suara-suara sumbang tentang seseorang atau sesuatu, ya jangan buru-buru ngedepanin perasaanlah. Dicek dulu ke sumbernya langsung, atau minimal dikritisi dulu (taelaaaa....). Bener nggak sih? Mungkin nggak sih?
Lha, kalo belum melakukan “investigasi” apa-apa udah langsung percaya, waaa.... Apa bedanya otak kita sama otak udang?
6. Bergaul..., bergaul..., bergaul!
Makin luas pergaulan kita, makin banyak orang yang berbeda dengan kita yang bakal kita temui. Apalagi kalo pergaulan yang luas itu juga diimbangi dengan hobi bepergian ke tempat-tempat baru, yang suasananya sama sekali berbeda dengan yang biasa kita jumpai. Wah, referensi kita tentang perbedaan bakal makin bagus!
Makin luas pergaulan kita, makin banyak orang yang berbeda dengan kita yang bakal kita temui. Apalagi kalo pergaulan yang luas itu juga diimbangi dengan hobi bepergian ke tempat-tempat baru, yang suasananya sama sekali berbeda dengan yang biasa kita jumpai. Wah, referensi kita tentang perbedaan bakal makin bagus!
Dengan referensi segudang, lama-lama kita akan terbiasa nerima segala perbedaan di depan mata secara otomatis. Nggak cuma itu! Kita juga akan jadi lebih tough dan survive kalo suatu saat berada dalam posisi yang sulit karena adanya perbedaan.
source : HAIMagz
Sankyuu. . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar