Sabtu, 26 Februari 2011

Positive Thinking to Myself

Siapa yang udah terbiasa positive thinking? Atau malah bawaannya negative thinking melulu sama temen, pacar, bahkan bonyok??? Ups!


Si positive thinking ini lahir dari aliran psikologi, positive psychology. Dan berkembanglah dia jadi terkenal sekarang ini. “Positive thinking itu kita berpikir mengenai sisi yang baik dari segala hal, tapi banyak remaja yang salah kaprah sama hal ini,” ungkap psikolog cantik Mbak Zoya Amirin, M. Psi ini.
Berpikir positif ini susah-susah gampang kok, asal tahu caranya aja, emang nggak mudah sih kalo kita dihadapkan banyak masalah, ada ulangan dadakan aja bawaannya udah negatif, mikirnya yang jelek, pas kelar ujian terjadi deh, nilai lo nggak bagus karena lo udah mikir nggak bakal dapat nilai 100. Hal-hal yang kita pikirkan secara nggak langsung bisa mempengaruhi tindakan kita, nah udah gitu hasil dari tindakan itu sesuai dengan apa yang kita pikirkan.
Kadang kita menerima aja kalo disalah-salahkan sama guru atau diejek secara keterlaluan sama teman sendiri. Padahal yang namanya bersikap positive thinking itu juga bisa jengkel kalo digitun sama orang-orang terdekat kita, tapi kenali dulu sebab masalahnya dulu, biar nggak terjadi salah paham.
 
Kayak si Astrid, penyanyi yang baru aja ngeluarin album ini, “Gue selalu berpikir positif dalam semua hal, meski ada gosip yang enak yang bikin jengkel tapi gue masih punya keluarga dan teman-teman untuk tempat berbagi”.
Cara Astrid emang bisa dicoba tuh, sharing sama orang terdekat bisa mengurangi beban, alhasil menubah pikiran kita jadi positif. Menurut Mbak Zoya cara kita positive thinking bisa:
1.   Kita sah-sah aja kok mengeluarkan emosi kalo emang lagi jengkel sama seseorang, sebaiknya hadapi dan selesaikan masalah dengan orang itu, kalo jengkel dan marahnya cuma ditahan tapi dibalik itu kita ngomel-ngomel nggak jelas, itu namanya jiwa kita nggak sehat.
2.   Instrospeksi diri, kenapa orang lain benci atau menghina kita terus-terusan, apakah itu salah kita atau orang itu yang sirik karena kita lebih baik dari dia.
3.   Asertif, bersikap asertif sangat diperlukan dalam positive thinking, kenapa? Karena saat kita lagi dapat tekanan dari teman atau guru, misal teman nggak mau ngajak jalan lagi atau guru kita ngasih tugas bejibun padahal tugas itu bisa dibagi-bagi ke teman-teman lain, kita bisa bersikap tegas dan utarakan pandangan kita yang nggak sesuai dengan mereka.
Kalo kita positive thinking pasti kita jadi orang yang menyenangkan buat orang lain deh, diajak gaul oke, diajak ngobrol asik, kemana-mana bawaannya fun. Karena kalo kita gembira, kita menyalurkan energi positif itu ke orang lain.
Dampaknya kita bakal dipercaya bonyok, misal dipercaya bawa mobil sendiri. Disayang guru, dan bukan nggak mungkin, dijamin kita dikerubutin cewek-cewek. Menyenangkan kan? Meski tampang pas-pasan kita bisa jadi trendsetter! Karena apapun yang kita pakai selalu oke.

source : haiMagz
Sankyuu. . .

Sabtu, 12 Februari 2011

Tips Membuang Prasangka Buruk

Prejudice atau prasangka. Bikin sensi meningkat, bikin emosi gampang tersulut, and at the end bikin konflik di mana-mana. Upss, cepet distop sebelum terlambat!
Serba susah emang kalo kita ngebahas soal yang satu ini. Abis, berprasangka kayaknya udah jadi “kodrat” setiap orang gitu, jack. Kenyataan membuktikan bahwa meski hati kecil berusaha meluruskan pikiran, tetep aja suara-suara sumbang di sekitar lebih punya power buat ngebengkokin isi otak.
Well , kenapa bisa begini?
Ada banyak teori psikologi yang nerangin kenapa prasangka gampang muncul. Dalam teori-teori itu juga dibeberin penyebab kita lebih mudah berprasangka negatif ketimbang berprasangka positif. Secara garis besar semuanya bilang kalo cikal bakal timbulnya prasangka tuh lantaran kita masih sering nggak bisa nerima perbedaan. Ditambah dengan kepribadian yang kurang matang, jadilah kita seperti anak ayam. Labil, nggak punya pendirian.... Akhirnya jadi disetir oleh pandangan yang berbau stereotype ! 
Klimaks dari semua prasangka yang ada sering kali berujung pada slek. Atau, minimal makan hati sendiri. Musuh or orang yang dianggap musuh pun kian hari kian bertambah. Sementara kita makin terkungkung dengan ego yang size-nya bertambah gede karena terus-terusan dibisikin sebuah suara, “Lo yang bener, mereka yang salah!”.
Waaa, ancur deh dunia pergaulan! Bisa-bisa jadi public enemy nomer satu, brur. Bagus kalo cuma disumpahin rame-rame. Lha kalo sampe memancing niat jahat orang-orang, gimana? Udahlah! Daripada hidup jadi susah, mending baca tips-tips buat ngilangin kebiasaan berprasangka di boks.
1.   Belajar ngerti perbedaan. 
Kita pasti udah tau kalo di dunia ini nggak ada satu pun manusia yang sama. Nggak fisik, apalagi isi otak dan hatinya. Cuma masalahnya, kita suka “lupa” aja kalo setiap orang itu unik dan berbeda satu dengan lainnya.
Man, nggak ada yang salah dengan perbedaan. Makanya perbedaan nggak perlu dirubah, selama nggak merugikan dan membahayakan keselamatan jiwa pribadi juga orang lain. Perbedaan kita dengan temen atau orang lain justru bakal bikin hari-hari kita lebih meriah dan seru.
So, just accept it and let everybody know that you recognize and appreciate their individual qualities! 
2.   Become sensitive to other people's feelings. 
Siapa sih yang nggak bakal tersinggung kalo dicap yang nggak-nggak? Siapa juga yang seneng kalo dirinya dipandang seperti “alien”? Nggak ada!  
Walaupun kenyataannya nggak semua orang bisa nerima jalan pikiran atau  keputusan yang diambil oleh orang lain, tapi setiap orang selalu pengen dipahami jalan pikiran dan keputusannya kan? Itu sebabnya sebelum nge-judge coba deh ngeliat dari sudut pandang orang yang mau kita judge itu.
3.   Prasangka itu nggak fair! 
Yap, prasangka mostly bakal menyebabkan salah satu pihak merasa terintimidasi bahkan tertindas. Apalagi umumnya prasangka itu muncul karena adanya perbedaan yang sangat prinsip, yang mungkin aja nggak diniatin oleh seseorang yang berbeda tadi. Contohnya perbedaan agama, etnik, status ekonomi, jenis kelamin, pergaulan, bla..., bla..., bla.
Nah, kalo gara-gara perbedaan yang kayak gitu terus dicap yang nggak-nggak, jelas nggak fair , bro!  
4.   Teach our friends to respect and appreciate differences. 
Yah, bukannya sok tua sih. Tapi idealnya semua orang emang harus sama-sama belajar buat ngerti dan nerima perbedaan. Nggak bisalah cuma kita sendiri yang mau belajar hal itu, sementara temen-temen yang lain nggak mau. Soalnya pada akhirnya nanti kita juga jadi terintimidasi oleh sikap mereka.
Pertanyaannya, gimana cara ngajarinnya?
Gampang! Pertama kita harus berani nunjukin perbedaan diri sendiri ke mereka. Awalnya mungkin temen-temen nggak bisa nerima, tapi kita nggak boleh gentar. Tunjukin terus perbedaan itu sampe akhirnya mereka bisa ngerti alasan kenapa kita begitu. Toh, meski berbeda bukan berarti kita nggak bisa bertemen kan?
Kedua, kalo ada temen yang komplain dengan perbedaan yang kita miliki atau komplain dengan perbedaan yang dimiliki oleh temen lain, coba beri dia pengertian. Ingetin bahwa yang terpenting dari seseorang adalah apa yang ada di dalam dirinya, bukan apa yang tampak di luar dirinya. Maksudnya, gimana niat tuh orang, gimana perhatian tuh orang, sejauh mana tuh orang menghargai komitmen untuk bertemen, dll.
5.   Jangan gampang terbawa pandangan stereotype. 
Man, segoblok-gobloknya orang, otaknya tetep bisa diajak berpikir dong? Artinya, meski mungkin nyerepnya lama (ibarat prosesor komputer tipe Celeron gitu deh), tapi pada akhirnya tetep bisa memilah mana yang bener dan mana yang nggak. Jadi, kalo tiba-tiba kita ngedenger suara-suara sumbang tentang seseorang atau sesuatu, ya jangan buru-buru ngedepanin perasaanlah. Dicek dulu ke sumbernya langsung, atau minimal dikritisi dulu (taelaaaa....). Bener nggak sih? Mungkin nggak sih?
Lha, kalo belum melakukan “investigasi” apa-apa udah langsung percaya, waaa.... Apa bedanya otak kita sama otak udang?
6.   Bergaul..., bergaul..., bergaul! 
Makin luas pergaulan kita, makin banyak orang yang berbeda dengan kita yang bakal kita temui. Apalagi kalo pergaulan yang luas itu juga diimbangi dengan hobi bepergian ke tempat-tempat baru, yang suasananya sama sekali berbeda dengan yang biasa kita jumpai. Wah, referensi kita tentang perbedaan bakal makin bagus!
Dengan referensi segudang, lama-lama kita akan terbiasa nerima segala perbedaan di depan mata secara otomatis. Nggak cuma itu! Kita juga akan jadi lebih tough dan survive kalo suatu saat berada dalam posisi yang sulit karena adanya perbedaan.

source : HAIMagz
Sankyuu. . .

Kenapa Kita Gampang Panasan

Pacar dilirik cowok lain di mal bawaannya langsung nyolot. Motor kesalip motor anak sekolah, langsung berasa ditantang. Ah, biasa itu. Namanya juga cowok, ya nggak?
Nggak juga sih! Emang salah satu tanda kalo kita cowok tulen tuh gampang panasan gitu? Heh, aturan dari mana pula begitu?!
Menurut seorang psikolog bule bernama David P. Farrington, bawaan kita yang gampang panasan tuh sebenernya efek dari masa puber. Saat masa puber energi dalam tubuh kita kan lagi pol-polnya, lantaran tubuh lagi berkembang gila-gilaan. Trus, pas masa puber juga kita ngalamin satu fase kekacauan hormon yang ngaruh ke emosi.
Nah, energi berlebih ditambah emosi naik-turun nggak beraturan ini nih yang bikin kita suka lose control.
"Penyebab lain biasanya karena pengaruh labelisasi gender. Cowok kan katanya wajar kalo lebih berangasan daripada cewek. Makanya cowok-cowok jadi salah kaprah mengartikan kalo berangasan itu adalah ciri khas seorang cowok!" cetus Pak David dalam buku Psychosocial Disturbances in Young People.
Penyebab yang ketiga atau yang terakhir urusannya ke soal pembuktian diri. Tau sendiri kan seumur-umuran kita gini pengakuan dari orang lain tuh penting banget. Selain buat eksistensi, juga supaya dihargai. Cuma masalahnya kita sering keliru mengartikan kata eksistensi dan dihargai itu. Kita seiringnya berpikir bahwa eksistensi dan dihargai itu bisa kita dapet dengan adu kuat dan pamer otot.
Fuiiih! Tiap hari panasan terus, capek juga kali yee...?! Belum lagi pasti bakal banyak dapet musuh. Jalan kemana-mana jadi nggak nyaman. Nongkrong dimana-mana ditolak orang.
Ugh, daripada begini mending belajar ngeredam emosi. Banyak-banyak bersabar, ngalihin perhatian saat emosi mulai tersulut. Dan nggak usah gabung sama temen-temen yang doyan membakar emosi deh. Cari temen yang pendiem dan kutu buku aja, gimana? Hehehe....

Minggu, 06 Februari 2011

Ngebedain Cinta dan Nafsu

Kalo lagi suka sama cewek kadang-kadang motivasinya nggak jelas tuh. Soalnya antara suka karena cinta dengan suka karena nafsu bedanya tipis. Tapi kalo dipikir-pikir lagi, ada kok bedanya.

Tanda-tanda Suka Karena Cinta:
•   Kita ngerasa suka begitu udah kenalan dan ngobrol sama dia. Karena dia ramah, karena dia enak diajak ngobrol, karena dia asik diajak jalan, bla..., bla..., bla.
•   Bawaannya kangen terus karena pengen ngobrol dan bercanda sama dia.
•   Kalo ketemu pengen banget bisa bikin mukanya sumringah dan bikin dia betah berlama-lama di samping kita.
•   Saat ngelamun yang paling sering teringat tuh tingkahnya yang ngegemesin dan ekspresi mukanya yang lucu.
•   Sering mimpi udah jadian dan lagi kencan sama dia, tapi nggak ada adegan sedang melakukan aktivitas sexual.
•   Kalo lagi jalan terus ngeliat ada cewek berpakaian minim langsung teringat dia dan ngebatin, “Duh, jangan sampe dia kayak begitu! Gue nggak mau bodinya dipelototin cowok lain.”.
•   Jealous berat kalo ngeliat atau ngedenger berita dia akrab sama cowok lain, meski di sekitar banyak cewek yang lebih bagus dari dia.
•   Jika ngeliat dia dari kejauhan mulut suka berguman, “Hmm, dia manis banget!”, sambil mengelus dada tapi jakun nggak turun-naik.
•   Kalo lama nggak ketemu kangen berat, sampe gelisah nggak karuan.

Tanda-tanda Suka Karena Nafsu:
•   Kita langsung suka begitu ngeliat aura mukanya yang sexy, bumper  depan dan belakangnya yang berlekuk indah.... Padahal mungkin belum kenal, apalagi ngobrol! 
•   Bawaannya kangen terus lantaran belum puas melototin bodinya.
•   Kalo ketemu tangan pengennya nyentuh aja. Entah ngusap-ngusap dagunya, nyolek pinggangnya.... Sebisa mungkin nyari trik biar dia gelendotan!
•   Saat ngelamun yang langsung teringat selalu bagian tubuhnya yang bikin mata seger dan nggak bosen-bosen memandangnya. 
•   Sering mimpi melakukan aktivitas sex dengan dia. Dari sekadar kissing lips sampe yang lebih advance! 
•   Kalo lagi jalan terus ngeliat ada cewek berpakaian minim langsung teringat dia dan ngebatin, “Wah, kalo dia yang pake baju kayak gitu gimana ya? Pasti lebih sexy  daripada tuh cewek!”.
•   Jealous kalo ngeliat dia akrab (apalagi sampe gelendotan) sama cowok lain. Tapi perhatian mudah terpaling dan perasaan jealous terlupakan begitu ngeliat “mahluk manis” lain melintas di depan mata.
•   Jika ngeliat dia dari kejauhan mulut suka berguman, “Aduh..., aduh..., aduh...!”, sambil mengelus dada dan jakun turun-naik. Mupeng gitulah! 
•   Kalo lama nggak ketemu kadang kangen banget, kadang nggak teringat sama sekali.
Nah, udah nggak salah ngebedain lagi kan? Kira-kira kamu tipe yang mana?

source : HAIMagz
Sankyuu. . .

All About Mood

“Dia” selalu kita rasakan. Tapi, “dia” nggak begitu kita kenal! Padahal, “dia” bisa bikin kita melambung, juga bisa bikin kita mati kutu.
Pernah nggak lo ngerasa girang bukan kepalang? Sampe-sampe bawaannya jadi nggak bisa diem. Pengen happy-happy terus, pengen ngoceh dan ketawa-ketawa melulu. Lalu, eh, sedetik kemudian berubah jadi bete abis. Males ngapa-ngapain, sensi nggak juntrung.
“Kesentil” dikit langsung mutung. Giliran ada yang nanya kenapa, nggak bisa jawab. Paling bilang, “Nggak tau, tiba-tiba aja bad mood!”.
Yap, mood emang sering banget kita jadiin alesan. Kalo orang lain menilai kita asik, kita bakal bilang bahwa itu semua terjadi lantaran kita lagi good mood. Tapi kalo mulai banyak trouble, yang jadi “kambing hitam” ya bad mood tadi.  
Nggak salah sih kalo mood selalu kita jadiin alesan. Pasalnya konon katanya saat remaja, pola pikir, sikap, dan tingkah laku seseorang emang nyaris 60 persen disetir oleh mood. Cuma masalahnya banyak yang nggak bisa paham kenapa si mood ini bisa segitu mendominasinya. Lha, deskripsi dari mood aja nggak banyak yang tau kok.
Makanya biar lebih jelas kita bakal “bedah” semua tentang mood. Yak, mulai!
Mood Apaan Sih?
Menurut buku Kamus Lengkap Psikologi karangan C.P. Chaplin, mood diartiin sebagai suasana hati yang dipengaruhi oleh emosi. Tapi emosi yang dimaksud di sini bukan emosi yang keras (baca: meledak-ledak), melainkan emosi yang halus namun bersifat transitoris (gampang berubah-rubah, RED.).
Kenapa Kita Moody?
Sebelum ngebahas tentang sebab musabab kita jadi moody, coba denger dulu yang ini:
Kata banyak orang, moody itu nggak baik. Soalnya orang yang moody berarti orang yang kekanak-kanakan. Nggak bisa ngendaliin diri, nggak bisa beradaptasi, egois, blablabla....
Betul banget! Cuma “hukum” itu sebenernya berlaku buat orang yang udah masuk kategori dewasa. Kalo buat kita yang masih remaja, moody justru sesuatu yang normal. Moody adalah a part of being an adolescent! Kenapa? Soalnya saat kita moody, kita bakal banyak belajar dari efek yang ditimbulkan oleh mood tadi terhadap pola pikir, sikap, dan tingkah laku kita.
So , sekarang balik ke pertanyaan gede di atas. Ada beberapa hal yang bisa dibilang sebagai “biang kerok” kita jadi moody. Yaitu,
1.   Pengaruh perubahan hormon-hormon tubuh. Body, mind, and soul itu satu kesatuan yang nggak bisa dipisahkan. Sementara yang namanya perubahan, sedikit-banyak pasti bakal menimbulkan chaos. Nah, kalo ada chaos di dalam tubuh kita, mind dan soul kita juga pasti bakal mengalami guncangan kan?
2.   Perang batin! Di satu sisi kita sering ngerasa muak dianggap sebagai anak kecil. Pokoknya kita pengen banget dianggap dewasa dan jadi sosok yang independen. Cuma di sisi lain kita juga masih takut-takut melakukan transformasi itu. Belum siap ngadepin risikonya, belum tau gimana cara ngadepin hambatannya!
3.   Cemas tiada akhir. Bukannya hiperbolis nih. Tapi coba aja dipikir-pikir lagi, banyak banget lho hal-hal yang bikin kita cemas setiap hari. Mulai dari perubahan-perubahan fisik (misal, soal ukuran penis, mimpi basah, libido yang gampang tersulut), sampe masalah-masalah dengan keluarga (berantem sama bokap, diomelin nyokap melulu, rebutan sesuatu sama kakak or adek) dan masalah-masalah pergaulan (naksir cewek, jelaous sama pacar, selek sama temen).
4.   Kangen the funniest things of being a child. Man, meskipun saat ini kita sering ngerasa muak dianggap anak kecil terus, tapi nggak bisa dipungkiri kalo masa kecil itu bener-bener indah. Disayang, dimanja, bebas ngomong dan bertingkah seenak udel, selalu dimaklumi walau bikin kesalahan gede.... Yang kayak gitu pengen diulang lagi, cuma udah nggak bisa lantaran udah banyak “tuntutan” dari lingkungan.
Mood Management
Seperti permainan jelangkung (dateng nggak dijemput, pulang nggak diantar), mood juga datengnya nggak bisa diprediksi dan nggak bisa pula disuruh pergi. Tapi, mood bisa dikendalikan supaya nggak bikin kita kerepotan.
By the way , buat ngendaliin mood kita musti melakukan latihan yang intensif. Caranya lo ikuti aja petunjuk dalam bagan-bagan berikut. Dengan mengikuti petunjuk-petunjuk tersebut, kita bisa berusaha meminimalisir timbulnya bad mood berserta efek-efeknya.
Kenapa cuma bad mood? Karena bad mood yang suka bikin hidup jadi kacau! Sementara good mood efeknya justru bagus. Bikin kita lebih semangat dan lebih lively .   

Selasa, 01 Februari 2011

Terapi Asik Denger Musik

Denger musik itu asik. Denger musik itu bikin happy. Man. .. hidup emang garing kalo nggak ada musik!


Kenapa kalo sedih kita suka denger musik? Kenapa kalo bete kita suka denger musik? Kenapa kalo sebel kita suka denger musik? Dan kenapa juga kalo seneng kita suka denger musik? Jawabannya cuma satu: karena musik bisa ngerubah segala sikon nggak enak jadi enak, dan bikin sikon yang udah enak makin enak! ‘Tul nggak?? Makanya kalo mau yang enak-enak jangan pernah jauh-jauh dari musik.

1.   Pas nervous or cemas....
Dengerin aja musik-musik yang iramanya lembut. Yang nggak ada beat-nya dan punya ketukan nada rendah. Biar bisa nurunin debar jantung dan tekanan darah kita, jack. Kalo diambil contoh... yaah, kira-kira kayak musiknya Ten2Five, John Mayer, atau Coldplay gitu lah. Dijamin deh nggak lama kemudian otot-otot jadi rileks!

2.   Kalo lagi nggak semangat atau perasaan lagi mellow....
Nah, yang ini musiknya justru kudu up beat, yang kedengerannya lincah. Atau malah yang kenceng sekalian, yang banyak nada-nada distorsinya! Kayak musiknya Jamiroquai, Linkin Park, System of A Down.... Biar bisa menyulut adrenalin dan bikin kita tegang.

3.   Buat nyantai....
Musik buat nyantai itu sebenernya bisa apa aja sih. Soalnya urusan yang satu ini asli tergantung selera kuping masing-masing. Cuma sebisa mungkin cari musik yang iramanya tuh tetap. Nggak yang tiba-tiba di tengah lagu nadanya jadi tinggi secara ekstrim gitu. Waaa, kalo begini sih bukannya tambah nyantai malah kaget-kaget!

4.   Saat marah....
Nih dia banyak orang yang suka salah kaprah. Buat meredam marah biasanya orang milih nyetel musik yang kenceng. Biar marahnya dieksplor supaya cepet abis katanya. Padahal mestinya justru dengerin musik kayak kalo kita lagi "terserang" nervous or cemas itu. Musik-musik yang iramanya lembut dan temponya sama dengan rata-rata detak jantung manusia, 70 sampe 80 denyut/menit.

Sankyuu. . .